Minggu, 02 Desember 2018

Penyebab Generasi Milenial Banyak Mengabaikan Penggunaan Bahasa Indonesia

Ibda menegaskan, riset Thomas Lickona tahun 1990-an masih relevan bahwa kerusakan bahasa menjadi indikator kerusakan bangsa. "Sebab, dari bahasa kasar melahirkan tindakan dan budaya kasar pula. Jika dibiarkan, maka bangsa kita ini peradabannya kasar. Maka sastra dalam hal ini urgen untuk dihidupkan kembali," beber dia.

Ia juga menjelaskan posisi pelajar, mahasiswa, guru dan dosen dalam menjalankan Bahasa Indonesia. Selain di dunia jurnalistik, karya tulis ilmiah, bahasa harus dikuatkan melalui karya sastra. "Jika dulu sastrawan itu harus menulis dan dimuat dikirim ke media massa, penerbit, maka sekarang banyak potensi untuk menjadi sastrawan," beber dia.
Baca Juga: teks prosedur kompleks

Pertama adalah cybersastra. "Ini adalah komunitas yang menggerakkan sastra di dunia siber. Anda bisa menirunya sesuai karya sastra yang dipilih. Mau puisi, cerpen, gurindam, fabel, seloka, hikayat, dongeng dan lainnya," papar penulis buku Senandung Keluarga Sastra tersebut.

Kedua adalah sastrawan virtual. "Jadi ini model sastrawan instan. Nulis puisi sebanyaknya, terus di-upload di media sosial, terus ngaku sastrawan. Ini yang banyak dipilih anak-anak muda era 21 ini. Tapi saya tidak menyarankan untuk seperti ini," papar penulis buku Stop Pacaran Ayo Nikah tersebut. Sumber: http://bospengertian.com.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Alasan Kemenperin Ungkap Indonesia Defisit Baja Ringan

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan Indonesia masih kekurangan pasokan baja ringan. Padahal, baja ringan diperlukan untuk pemb...