Rabu, 06 Februari 2019

Penyebab Kasus DBD Ada di Semua Provinsi di Indonesia

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengatakan jika masalah demam berdarah dengue (DBD) berlangsung di semua propinsi di Indonesia.

"Sampai tempo hari (Minggu, 3 Februari 2019) sore, kami terima laporan dari 34 propinsi jika semua propinsi telah memberikan laporan terdapatnya demam berdarah," kata Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Anung di Jakarta pada Senin, 4 Februari 2019.

Masalah Selalu Bertambah, Akankah 2019 Jadi Puncak Siklus DBD?
Dari 415 kabupaten/kota, jelas Anung, sekitar 395 kabupaten/kota memberikan laporan peristiwa demam berdarah dengue.

"Jumlahnya pasien masih tetap di rata-rata 8.900-an demikian sebab angka ini dinamis."

Saat periode Januari sampai Minggu, 3 Februari 2019, terdaftar 169 orang wafat karena DBD di semua kabupaten/kota. Angka paling tinggi masih tetap 'dipegang' oleh Jawa Timur.

"Jawa Timur masih tetap menempati jumlahnya paling banyak, baik kasusnya ataupun yang wafat," kata Anung. Diantaranya Kediri, Jawa Timur.

Baca Juga: negara anggota asean

Kemenkes juga mendapatkan laporan jika Kepala Dinas Propinsi serta Bupati Kediri telah lihat kondisi dan situasi di lapangan berkaitan masalah DBD.

Jentik nyamuk DBD berada di pagar-pagar rumah masyarakat di Kediri. (iStockphoto)
Anung, menjelaskan, ada satu perihal menarik yang diketemukan di Kediri, yakni jentik nyamuk DBD berada di pagar-pagar rumah masyarakat.

Artikel Terkait: manfaat Perdagangan internasional

"Sebab di beberapa rumah desa pagarnya itu memakai bambu. Nyatanya jentik-jentiknya berada di sana," kata Anung.

Oleh karenanya, Anung kembali menyatakan utamanya penduduk untuk saling lakukan 3M Plus.

"3M plus mesti jadi perhatian semua. Untuk semua penduduk," kata Anung.

Dari laporan itu pun, Kemenkes menjelaskan jika hampir 90 % korban DBD anak berlangsung pada umur dibawah 15. Formasi paling banyak ialah anak umur 5 sampai 9.

"Kita membagi diatas 15 tahun serta dibawah 15 tahun. S/d tempo hari, hampir 90 % berlangsung pada anak dibawah 15 tahun. Yang formasi paling banyak anak umur 5 sampai 9," kata Anung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Alasan Kemenperin Ungkap Indonesia Defisit Baja Ringan

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan Indonesia masih kekurangan pasokan baja ringan. Padahal, baja ringan diperlukan untuk pemb...