Kamis, 14 November 2019

Penyebab Pengusaha Dorong Penggunaan Baja Ringan Wajib SNI dan Sertifikasi Tenaga Konstruksi

Peristiwa ambruknya atap Sekolah Dasar Negeri (SDN) Gentong, Pasuruan, Jawa Timur memberikan sejumlah catatan penting terkait keandalan konstruksi bangunan. Termasuk soal konstruksi atap yang menggunakan bahan baja ringan.
Ketua Umum Asosiasi Roll Former Indonesia (ARFI), Stephanus Koeswandi mengatakan, penggunaan rangka atap baja ringan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat beberapa tahun belakangan ini. Namun banyak konsumen belum paham bahwa konstruksi rangka atap baja ringan memiliki aturan-aturan struktur dalam pemasangannya.
Baca Juga: baja ringan
Bila kaidah-kaidah teknis ini dilanggar akan berdampak pada kegagalan struktur rangka atap baja ringan. Dari segi material, baja ringan juga membutuhkan bahan baku dan perlakuan spesial agar tidak terjadi kerusakan material yang nantinya akan berdampak pada usia material baja ringan dan kekuatan strukturnya.
Terkait peristiwa insiden tersebut, ARFI mengimbau pengawasan pada produk-produk bahan baku baja ringan ber-SNI harus diperketat dan dikawal betul oleh pemerintah. Bahan baku baja ringan ber-SNI sangat penting karena menyangkut kepentingan dan menjaga keselamatan masyarakat pengguna baja ringan.
Sebagai informasi, saat ini telah berlaku SNI untuk baja ringan, yaitu SNI 4096:2007 (SNI Bahan Baku) dan SNI 8399:2017 untuk SNI Profil Baja Ringan. Namun dalam penerapannya, penggunaan baja ringan ber-SNI dalam konstruksi belum diwajibkan.
"Kalau baja ringan ini kan ada tiga hal produk harus benar secara dimensi dulu," ungkapnya saat ditemui, di JI-Expo Kemayoran, Jakarta, Jumat (8/11).
Desain Harus Tepat
Selain itu, proses desain juga harus dilakukan dengan benar dan tepat. Mengingat desain konstruksi yang menggunakan produk baja ringan tidak bisa disamakan, misalnya dengan produk kayu.
"Kemudian, karena ini produk konstruksi harus didesain dengan kaidah konstruksi yang benar. Baja ringan ini tidak bisa disamakan dengan cara desain atau pemasangan kayu. Jadi pengetahuan yang tadinya digunakan untuk mendesain kayu atau baja berat, tidak bisa diterapkan ke baja ringan," ungkapnya.
"Perlu juga pembelajaran untuk pembuat-pembuat gambar desain untuk rangka atap baja ringan ini, perlu adanya perhatian khusus juga," lanjut Stephanus.
Tak kalah pentingnya, sangat dibutuhkan tenaga pemasang baja ringan yang terlatih dan menguasai secara pasti standar pemasangan yang baik dan benar. Sedangkan kondisi saat ini belum banyak lembaga atau badan yang menyelenggarakan pelatihan dan sertifikasi bagi tenaga pemasang rangka atap baja ringan yang mempunyai kemampuan serta keterampilan yang memadai.
Artikel Terkait: ukuran besi hollow
"Terakhir untuk pengembangan SDM sesuai visi Pak Jokowi dalam lima tahun ke depan akan digalakkan pengembangan SDM. Khususnya untuk yang kami garis bawahi karena kami asosiasi yang terkait baja ringan kami sangat menggarisbawahi khususnya untuk pekerja yang terkait di baja ringan," ujar dia.
Perlu Pelatihan dan Sertifikasi
Pelatihan dan sertifikasi ini juga sangat penting sebagai modal guna menghadapi persaingan antar tenaga pemasang di Indonesia sendiri dan juga negara lain seiring dengan diberlakukannya perjanjian AFTA (Asean Free Trade Agreement).
"Saat ini kami sedang bekerja sama dengan Kementerian PUPR, karena sudah ada Undang-undang Jasa Konstruksi tahun 2017 yang mewajibkan setiap pekerja konstruksi harus memiliki sertifikat," kata dia.
"Ini sudah kami lakukan dalam Asosiasi, perusahaan yang tergabung dalam ARFI telah melakukan sertifikasi bersama PUPR dan LPJK setempat. Target kami, tahun ini ada 3000 pekerja konstruksi yang sudah bersertifikat," tandasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Alasan Kemenperin Ungkap Indonesia Defisit Baja Ringan

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan Indonesia masih kekurangan pasokan baja ringan. Padahal, baja ringan diperlukan untuk pemb...